Music

berisi kumpulan musik karinding

  • THE DYNAMIC OF KARINDING IN WEST JAVA

    Karinding is the first  Sundanesse musical instrument created among the other musical  instruments in Sunda. It is closely related to farming culture and also played on many ocassions in life of Sundanese people.  Karinding then became has its ow place in the heart of Sundanse people. It played in many Sundanesse kingdoms ceremonies and became the people most entertaining music. In West Java, karinding found on ancient scripts such  Pendakian Sri Ajnyana (c. 1400), Sanghyang Raga Dewata (c. 1400), Sanghyang Siksa Kanda Ng Karesian (c. 1400), Carita Pantun Badak Pamalang (c. 1600), Babad Panjalu (c. 1800), and  Babad Kawung. Out side of West Java, karinding is also known as  rendhing…

  • THE PAPERBACK, “Three Days”

    3 DAYS 3 days in life in deja vu of you drownin on and on 3 days in life flown of the smallest air the big wave of you 3 days in life the scent it keep collide goin underground then rise all rise in wilderness in a mountain in waterfall the desert the street we hit the road to the worlds 3 days in life …… ….. …. .. . “Aku di sini, kemarilah,” “Sebentar lagi ke sana,” “Cepatlah,” “Kamu santai kan?” “Iya cuma jam tiga aku harus berangkat,” “Sekarang baru jam setengah dua belas. Masih lama,” “Just hurry up!” “Oke, oke.” Home Sweet Home, 29 Juni 2010

  • THE PAPERBACK, “Kelas Rakyat”

    Dan kita pancang hujan Demi subur tanah ini Hutankan kampung halaman Berikan kerja tuk anak muda Galang semangat seia sekata Derap kita senjata kita Sabilulungan, hajar tirani Terus di depan di kelas rakyat Mengakar rumput genggam matahari Mengarak tanah air ibu pertiwi Guratkan sejarah, darah, dan doa Semangat ragam dalam kepalan Kelas Rakyat Kelas bersahaja KELAS RAKYAT Lyric by Kimung, Music by Ayi and Paperback Produced by Paperback & The Babam Recorded Dec 2013 at Storn Labs by The Babam Zemo – vocal Ayi – Guitar, vocal David – Guitar, vocal Kimung – karinding, ukulele Jawis – karinding Hendra – celempung

  • THE PAPERBACK, “Milik Kita”

    MILIK KITA Semburat cahaya mentari Menyapa kilau embun pagi Sawah, ladang, dan ilalang Milik kita Aku, kamu Semilir angin berhembus Sepoy sampaikah di wajahmu? Berbaring menatap langit Milik kita Aku, kamu Angin tingtrim Di mumunggang gunung Katojo panon poe nu ngulisik Kingkilaban salira Aduh Ieung Senandung cinta merona Merenda kisah kasih dan asa Menari di hari-hari Milik Kita Aku, kamu Aku, kamu ….. …. … .. Aku dan ayah sering berbagi cerita. Walau tidak sebaik ibu dalam bercerita, apa yang dikisahkan ayah selalu berbekas. Kisahnya yang paling seru menurutku adalah legenda bintang-bintang. Saat itu aku belum sekolah, namun sudah dibiasakan untuk bangun subuh dan shalat berjamaah di mesjid. Untuk mengusir…